-->

Ketika Cemburu Jadi Satu (2)

advertise here
Assalamualaikum sahabat.. Moga selalu sehat ya. Amiin

Hummm..ndak terasa lho usia pernikahanku dengan suamiku Aris Prianjono sudah 4 tahun tepatnya nanti 25 November 2012. Masih terbilang muda dibandingkan dengan banyak pasangan yang lain. Tapi cukuplah bekal bagiku untuk melanjuti tulisanku mengenai cemburu yang pasti pernah di rasakan oleh setiap pasangan. Sebenarnya moment setelah pernikahan seperti detik ini adalah moment yang aku tunggu ketika aku menulis tulisan ini pertama kali. Aku membayangkan dan ingin sekali tahu seperti apa ya ari asri yang sudah menikah, apa ada jendela- jendela pemikiran dan perasaan yang baru???

Well…yukkkk kita bahas di sini. Setelah melewati masa pernikahan, aku mulai mengerti sisi hati wanita yang sudah menikah khususnya soal cemburu pada pasangan. Rasa cinta memang bisa menumbuhkannya, dan rasa cinta juga bisa mengubah cemburu berakhir dengan indah atau berakhir di pengadilan agama. Lalu bagaimana agar cemburu yang ada menjadi seperti mawar yang cantik meski berduri?

Semuanya pada dasarnya di dasari oleh keimanan kita masing – masing. Bukan iman seorang istri saja, atau keimanan seorang suami saja. Tapi keimanan yang bersinergi. Keimanan yang terjalin bersama menjadi sebuah kekuatan cinta yang positif. Dengan bekal ini, maka kita mampu menjadi filter bagi kondisi yang terjadi dalam rumah tangga. Setiap permasalahan selalu dicari jalan keluar, setiap cita – cita bersama berjalan mewujudkannya, setiap kebaikan kita berbagi, setiap tanda – tanda yang membawa kita pada keburukan dan kehancuran rumah tangga maka kita hindari. Demikian beratnya yaaa….jangan khawatir karena ketika kita mampu mengatasinya,insya Allah Allahpun memberi kita pahala separuh agama.

Maka semua orang yang ada dalam lingkaran hidup pasangan kita, adalah pula lingkaran cinta kita. Bagaimana posisi orang tersebut dalam hidup suami/istri kita seperti itulah kita memposisikannya. Maka orang tua suami adalah orang tua kita. Keluarga suami adalah keluarga kita. Teman wanita suami adalah teman wanita kita. Begitu pula sebaliknya suami berlaku pada lingkaran hidup istrinya.

Selebihnya beri kepercayaan padanya untuk tetap berada pada dunianya sendiri. Tetap beraktifitas serupa dengan saat ia masih single, tentunya kita juga berharap pasangan menyesuaikan dengan posisi barunya dengan tanpa memutuskan hubungan dengan lingkungannya.

Dengan begitu pernikahan akan memperluas silaturrahiim kita dengan sebanyak – banyak teman2 pasangan, bukan malah menjadi petaka yang mengakhiri hubungan kita dengan orang lain. Terkecuali jika kita yakin dengan putusnya silaturahiim dengan orang tersebut maka akan melanggengkan rumah tangga kita atau rumah tangga teman kita.

Hmmm...Ada hal yang masih sama antara aku belum menikah dan saat sudah menikah. Yaitu soal kemandirian. Ya! Masa laluku yang tidak lurus –lurus saja, juga karna memperhatikan kehidupan orang lain membawa aku pada kesimpulan bahwa seorang laki –laki terlebih wanita, harus memiliki kemandirian dalam hidupnya. Minimal kemandirian hati dan kemandirian dalam menjemput rizki. Karna melewati saat – saat ketika hati kita bermasalah bukanlah hal mudah. Ia benar – benar akan menguras energy kita. Begitu pula kemandirian dalam menjemput rizki. Meski pasangan kita sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan kita, tetaplah untuk mengasah skill kita dalam menjemput rizki. Entah bekerja, berwirausaha atau investasi lainnya. Menyandarkan hidup hanya pada satu orang seperti menyerahkan begitu saja kehidupan kita pada orang lain.

Cinta adalah energi positif yang akan membawa para pecintanya pada kebaikan.... So, sudahi cemburu negatif kita. Fokus pada ikhtiar membangung rumah tangga kita yang sakinah mawaddah wa rahmah. Dan tetap menyiapkan setiap kemungkinan buruk yang mungkin saja terjadi pada rumah tangga kita.

Happy honey moon bundaaa......
Post a Comment
Click to comment