-->

Biar Kunikmati Syurga Dimatamu

advertise here
Bis kota yang kutumpangi melaju dari arah bekasi menuju Jakarta. Seorang anak pengamen jalanan masuk dan berdiri diantara penumpang yang berdiri berjejalan. Mengangkat kayu kecil yang dihiasi lempengan logam tutup botol minuman, lalu diapun menggelar sebuah pementasan besar. Menjadi seorang dirigen, koreograer, pemain musik sekaligus penyanyi. S e n d i r i !!! Suaranya mendayu – dayu. Merdu. Memanjakan telingaku. Mengusik hati ini yang berdebu.

Ternyata begitu berat
Jalankan sgala printah-Mu
Begitu banyak rintangan
Tuk menghadapkan wajah ke hadirat-Mu Tuhan

Indahnya, dunia ini
Membuat aku terlena
Bekerja terus bekerja
Tak kenal waktu dan tak kenal lelah

Gema adzan subuh, aku lelap tertidur
Gema adzan dhuhur, aku sibuk bekerja
Gema adzan ashar, aku geluti dunia
Tuhan, pantaskah syurga untukku???

Gema adzan maghrib, aku di perjalanan
Gema adzan isya’, lelah tubuhku Tuhan
Tak pernah lagi kubaca firman-Mu
Tak ada waktu buat sujud kepada-Mu

Begitu besar kasih dan sayang-Mu
Begitu banyak limpahan karunia-Mu
Aku yang sombong dan aku yang lalai
Tuhan, pantaskah syurga untukku???

Hati ini tergetar, oleh sapuan – sapuan teguran manis dihati. Duhh..Rabb..hikmah pagi ini ternyata hadir sungguh dari pihak yang tak kuduga sebelumnya. Seorang anak – anak. Seorang yang kehadirannya sering dipandang lemah tak memiliki daya tawar. Padahal merekalah yang hidup didunia ini tanpa pura – pura. Mereka juga yang sering kali menegur tanpa menyisakan goresan..

Hari ini, 23 Juli 2008. Adalah Hari Anak Nasional. Hari yang membahagiakan (semestinya) bagi seluruh anak Indonesia. Tetapi apakah mereka benar – benar bahagia? Mari kita lihat data tahun 2006 dari Komnas Anak berikut ini. Bahwa menurut Komnas Anak, sebanyak 11 juta anak usia 7thn belum mengenal bangku sekolah, sebanyak 18,7juta anak putus sekolah ditingkat SMP, dan 4,5% putus sekolah tingkat SD(2007). Kemudian data yang lain berbicara bahwa 15 juta anak – anak Indonesia terancam menderita busung lapar akut! Astaghfirullah..

Ini belum selesai. Bagaimana dengan korban dari dunia entertainment dewasa yang merambah ke dunia anak – anak. Betapa anak – anak sekarang lebih mudah menyanyikan lagu wwrrrrrraaaaaccccuuuunnnnnnn..........!!!!! milik the cancuters atau Lets dance together..get on the dance floor..lagu riang milik BBB dan Melly G. Dengan wajah lugu dan suara cadel bernyanyi tanpa mengerti (perlahan pasti akan belajar untuk mengerti) artinya. Sekarang sudah jarang sekali anak – anak yang menyanyikan lagu Bintang kecil, Pelangi – pelangi atau Aku seorang kapiten.

Ajang musik untuk anak – anak yang ditayangkan di televise swastapun seringkali menampilkan artis – artis dewasa dengan lagu – lagu hits mereka. Seakan menggiring anak – anak pada dunia orang – orang dewasa. Dunia yang belum selayaknya dimasuki mereka. Akibatnya? Mereka matang sebelum waktunya. Industri musik anak – anak juga tidak lagi mendapat perhatian para produser. Mungkin karena mereka tahu peminatnya yang rendah sehingga tidak membawa profit nominal yang tinggi bagi mereka.

Hmm..menurutku sebenarnya dunia entertainment anak – anak, menanti tangan – tangan kreatif kita. Karena mereka hanya kehilangan figur nyata, yang memang dibutuhkan di rentang usianya. Profit juga bisa dihasilkan, asalkan mampu bersaing dengan musik – musik lain. Masih ingat Sulis dan Hadad alwi? Album – album mereka mampu terjual sekitar 1 juta kopi. Angka yang fantastis untuk sebuah musik anak – anak terlebih dengan tema religius.

Demikianlah. Semua menjadi pekerjaan rumah bagi kita, para mantan anak – anak, para calon ayah dan bunda. Untuk bersama – sama, perlahan – lahan menjadi satu dari bagian solusi atas permasalahan mereka. Untuk bersama – sama pula terus memperbaiki diri, menyiapkan diri melahirkan dan membangun generasi Rabbani. Biar tak ada lagi si jabrik yang putus sekolah atau salsa yang menyanyikan lagu dewasa. Dan oneday, biar sama – sama kita semua bisa menikmati syurga di mata bening mereka. Selalu dan selamanya.

Met hari anak nasional 23 Juli 2008 dek...

1 komentar:

avatar

Pemerintah seharusnya yang berperan penting. Walau bagaimanapun juga anak-anak adalah generasi penerus. Seandainya mereka terabaikan, jangan salahkan suatu saat nanti negeri ini berantakan... (emang udah berantakan sehh hehee).

Post a Comment
Click to comment